Monday 7, Apr 2025

728x90 AdSpace

Latest News

    • Kekuatan Do’a

      Kekuatan Do’a Berdo’a merupakan hubungan yang penting dengan Allah Yang Maha Besar, hal diperlukan guna menunjukkan kelemahan kita di hadapan Allah. Tuhan kita menunjukkan bahwa do’a merupakan tindakan yang penting atas bentuk penyembahan kepada-Nya berdasarkan ayat “Katakanlah: Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya, padahal kamu sungguh mendustakan-Nya “(Surat al-Furqan, 77). Sebenarnya, kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan Allah ada pada setiap karakter manusia, merupakan syarat penciptaan. Akan tetapi, di lain hal berdo’a merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan bagi orang beriman, namun untuk beberapa orang hal itu merupakan bentuk tindakan penyembahan yang hanya perlu diingat di waktu mereka berhadapan dengan kesulitan atau situasi yang membahayakan kehidupan mereka. Hal ini merupakan kesalahan besar karena yang paling baik adalah memohon kepada Allah Yang Maha Besar pada kedua kondisi tersebut, baik dalam kesulitan dan kemudahan untuk memohon ampunan-Nya. Bersungguh-sungguh dalam Berdo’a. Allah telah mempermudah hambanya untuk menemukan apapun yang ia lihat sebagai hal yang baik dan indah. Akan tetapi, fokus dalam berdo’a yang dilakukannya adalah sepenting do’a itu sendiri. Berdo’a dengan kesabaran seperti suatu kebutuhan dan harapan untuk berdoa, ketidaknyamanan akan hal tersebut dan yang paling penting dalam berdoa; bahwa kedekatan kepada Allah semakin meningkat. Semakin bersungguh-sungguh dalam berdoa membuat hamba yang berdo’a tersebut memiliki karakter dan keinginan yang semakin kuat. Orang beriman yang menunjukkan kesungguhan dalam berdoa mendapatkan banyak keuntungan seperti keyakinan yang semakin dalam, ini jauh lebih bernilai dibandingkan dengan apa yang ia inginkan/ minta. Hal ini tertulis dalam Al-Qur’an bahwa diperlukan kesungguhan dalam do’a seperti:  “ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh  berat, kecuali bagi orang –orang yang khusyu “ (Surat Al-Baqarah:45). Rasulullah (SAW) telah menyatakan betapa Ia membutuhkan Allah terkadang dengan terus berdo’a bertahun-tahun dan Tuhan kita, Allah Yang Maha Pengasih,  telah memberikan apa yang ia inginkan pada di saat yang terbaik. Fakta bahwa Allah menerima semua do’a, baik itu yang terang-terangan maupun yang tersembunyi, merupakan bentuk ke-agungan-Nya dan Kerahiman-Nya. Allah tidak pernah meninggalkan sebersit apapun pemikiran yang terlintas di kepala hamba-Nya tanpa kembali lagi kepadanya, Akan tetapi “ menerima do’a” tidak berarti sesuatu terjadi seperti yang diminta karena terkadang seseorang mungkin saja meminta sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri. Allah SWT mengungkapkan hal tersebut sebagai berikut: “Dan manusia mendo’a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo’a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”(Surat Al-Isra:11). Allah mengetahui yang terbaik dan apa yang terburuk untuk orang tersebut karena Ia lah yang memiliki segalanya. Atas segala ciptaan-Nya, ada banyak sekali hal-hal yang tersembunyi dalam cara Ia menerima do’a. Sebagai contoh, Nabi Yakub (as) bergabung kembali dengan anaknya nabi Yusuf (as) setelah menunggu dalam waktu tahunan yang panjang, Nabi Yusuf mendapatkan kekuatan dan kekuasaan setelah dipenjara selama beberapa waktu. Nabi Ayub (as), diselamatkan dari syetan, semua ini terjadi setelah mendapat kesabaran dan do’a yang berkelanjutan. Allah Yang Maha Besar, telah menerima do’a dari kepatuhan yang tulus dari waktu terbaik-Nya. Allah  SWT, telah menerima do’a hamba yang tulus untuk waktu terbaiknya, dan telah membuat mereka matang, mendidik, meningkatkan kesetiaan dan ketulusan dan mengubah mereka menjadi hamba yang bernilai dan memiliki derajat yang tinggi di surga. Bagaimana Allah menerima do’a Ketika orang  beriman berdoa,  ia tahu bahwa Allah mendengarnya dan akan selalu menerima do’anya kapan pun. Ini karena ia menyadari bahwa sesuatu tidak terjadi secara kebetulan, tapi berdasarkan atas ketentuan yang ditentukan oleh Allah dan sebagaimana yang diinginkan-Nya. Untuk itu, ia tak memiliki keraguan bahwa ia tidak akan mendapatkan kembali do’anya. Berdo’a dengan jiwa yang tulus menghasilkan kebaikan. Dalam satu ayat, hal itu diperlihatkan bahwa Tuhan kami akan selalu menerima do’a sebagai manifestasi dari nama “Al-Mujib” (Ia yang menerima permintaan dari mereka yang meminta pada-Nya). “ Dan apabila  hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku. Maka (jawablah) bahwasannya  Aku adalah  dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yangberdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran..” (Surat al-Baqarah, 186). Alasan bahwa sesuatu yang diminta dalam do’a ditunda, atau diterima dengan cara yang berbeda, dapat juga merupakan ujian Tuhan kepada hamba-Nya. Allah memberikan berkah-Nya setelah beberapa periode untuk  kemudian diuji kesabaran hamba-Nya dan untuk membuat mereka matang dengan alasan tertentu. Berdasarkan alasan serupa, ia tak dapat diduga bahwa setiap do’a terwujud seperti saat ia diminta dan sesegera mungkin. Seperti apa yang diutarakan oleh cendikiawan Islam Bediuzzaman, Allah mungkin memberikan sedikit dari sesuatu yang diminta dalam do’a atau sesuatu yang lebih dari yang dihadiahkan karena alasan tersebut yang disebut di atas. Ia mungkin tidak mengabulkannya sama sekali. Akan tetapi, pada setiap kondisi, Allah menerima do’a dari mereka yang berdo’a kepada-Nya. Bagaimana Para Nabi  berdo’a? Berdo’a merupakan bentuk kepatuhan kepada Allah dan semua orang membutuhkan do’a. Hal yang merupakan contoh paling rasional dalam hal ini adalah bahwa semua Nabi yang berdo’a kepada Allah dengan menyerahkan diri kepada-Nya dalam segala hal yang terdapat di Al-Qur;an. Dalam do’a nabi Muhammda SAW, dan para nabi-nabi, kita melihat penyerahan diri mereka kepada Allah, fakta bahwa mereka melihat Allah, dan sebagai teman sejati mereka serta pihak yang membantu mereka dan bahwa mereka dan berdo’a memuja Tuhan kita dengan nama-Nya yang indah. Do’a dari Nabi Muhammad (SAW) Dalam do’a dari Nabi Muhammad SAW, hal yang terindah dari mengutip Allah dengan nama-Nya disebutkan. Salah satu do’a dari nabi kita (SAW) disebutkan sebagai berikut: Katakanlah “ Wahai Tuhan Yang Maha mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Egkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan otang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Surah Al ‘Imran, 26). Dalam narasinya, terlihat bahwa nabi Muhammd (SAW) berdo’a kepada Tuhan untuk diberikan moral yang baik dan perilaku yang baik. O Allah! perteballah kebaikan dan etika! Wahai Yang Maha Agung! Pindahkanlah moral yang buruk (Tirmidhi, Imam Ahmad dan Haqim; Hujjat al-Islam Imam Gadhali, Ihyau Ulum id-din, volume 2, Terjemahan : Dr. Sitki Gulle, Huzur Publishing, Istanbul 1998, p.789) Do’a dari nabi Nuh (as), Kesabaran dari nabi Nuh (as) yang menyerukan umatnya kepada agama yang baik selama beberapa tahun dengan kesungguhan, dipuji dalam Al-Qur’an. Nabi Nuh (as) berjuang melawan umatnya yang bertindak dengan memusuhinya  dan orang-orang  beriman yang bersamanya. Faktanya adalah nabi Nuh kembali kepada Allah WT dalam berbagai situasi, dan  berdo’a dengan mengharapkan bantuan-Nya secara tulus merupakan contoh yang baik bagi orang beriman. Dalam satu ayat, terlihat bahwa Allah mengetahui kondisi dari Nabi nuh (as), bahwa ia berdo’a sebagai berikut: “Maka ia Mengadu kepada Tuhannya: “bahwasannya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku)”(Q.S Al-Qamar : 10). Allah menerima do’a nabi Nuh (as) dan memerintahkannya agar bersiap-siap menghadapi banjir, yang akan terjadi di masa depan. Nabi Nuh (as) mulai membangun kapal yang sangat besar atas perintah Allah, meskipun tidak ada laut ataupun danau di sekitarnya. Dalam masa pembangunan kapal tersebut, ia secara terus-menerus menjadi pihak yang dicemooh oleh  umatnya. Pada saat tiba waktunya, janji Allah SWT terwujud dan banjir tersebut terjadi. Do’a dari nabi Yunus (as): Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa Nabi yang mulia ini memisahkan diri dari umatnya, karena mereka tak merespon seruannya (Surat As-Safaat: 139-142). Seperti yang tertulis pada ayat berikut ini, terdapat gambar di kapal tersebut di mana nabi Yunus (as) berkelana dan akibat dari gambar tersebut nabi Yunus (as) dilemparkan ke laut. Puncak dari kejadian tersebut, nabi Yunus (as) berserah diri kepada Allah dan berdo’a kepada-Nya. Allah mencatat peristiwa ini dalam Al-Qur’an : Dan ingatlah kisah Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu  ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah ) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. Maka Kami telah memperkenankan do’anya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. ”(Surat al-Anbiya’,ayat: 87–88). Seperti yang tertulis pada ayat Nabi Yunus (as) bersaksi/ mengaku kondisinya secara tulus dalam do’anya. Ia berdo’a kepada Allah dan menantikan bantuan-Nya. Tuhan kita, yang Maha Pengampun, menerima penebusan dan menyelamatkannya dari perut ikan dengan menerima do’anya. Do’a Nabi Yakub (as) Dalam Al-Qur’an, kesabaran nabi Yakub (as) disebutkan sebagai salah satu contoh bagi orang beriman. Nabi Yakub (as) yang menerima wahu dari Allah dan merupakan hamba terpilih (Q.S An-Nisa :163), merasakan permasalahan yang serius  dan melewati masa sulit. Akan tetapi, meskipun segala penderitaan yang dialaminya, Ia selalu menjadikan hal tersebut sebagai contoh bagi orang beriman dengan kesabaran dan penyerahan diri kepada Allah (Q.S Sad, 44). Do’a yang tulus dari nabi suci kita tersebut dinyatakan dalam salah satu ayatnya sebagai berikut: dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru kepada Tuhannya: (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang ”(Surat al-Anbiya’, 83) Hal ini tercatat dalam Al-Qur’an bahwa Allah Yang Maha Besar menerima semua do’a dari Nabi Yakub (as) sebagai salah satu hambanya yang tulus” Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan utuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (Surat al-Anbiya’, 84) Do’a, merupakan alat terpenting dalam mencapai ke agungan Allah, Yang Maha Mengetahui dan Maha Mendengar, yang lebih dekat dari urat nadi manusia ( Surah Qaf, ayat 16), merupakan bentuk penghambaan bagi orang beriman di segala kondisi dan kesempatan. Akan tetapi, setiap orang beriman melakukan ini, seperti yang ditulis dalam ayat :  Dan kamu tidak mampu kecuali bila dikehendaki Allah…”(Surat al-Insan, 30). Mereka berperilaku dalam kesadaran bahwa faktanya segala sesuatu selalu di bawah kontrol Tuhan kita dan semuanya terwujud karena kehendak-Nya. Akan selalu ada jawaban dari do’a yang tulus di dunia dan di akhrat. Do’a membimbing seseorang atas apa yang akan terjadi dalam nasibnya” Allah adalah satu-satunya yang menentukan nasib dan menciptakan do’a. Akan tetapi berkah yang datang dari do’a mengandung kemakmuran di dunia ini dan sekembalinya ke akhirat. Seluruh kehidupan sesorang merupakan hasil dari do’a yang diucapkan dari do’a yang sebelumnya diminta, apakah ia merasa sadar atau tidak. Do’a aktif  berupa tindakan dan usaha yang diajukan dari doa dan kehendak Allah. Ketika usaha tersebut ridha Allah hal tersebut masih menjadi cara  bagi tiap pribadi untuk meraih harapannya, sesuai dengan ridha Allah. Manusia yang tidak beriman namun membawa  do’a aktif mereka dengan ambisi yang besar, sebagai contoh, mereka yang bekerja dan mendapatkan banyak keuntungan, menjadi kaya atau menjadi pakar tentang sesuatu hal dan menjadi terkenal, telah mencapai derajat tersebut melalui perjuangan aktif mereka dengan berpedoman pada akibat, dan lagi lagi kehendak Allah. Akan tetapi, do’a yang aktif yang tidak digunakan untuk ridha Allah tak akan memberikan keuntungan terhadap orang tersebut di akhirat meskipun orang tersebut mencapai tujuan tujuannya dari waktu ke  waktu di dunia ini. Tak ada selain Allah yang kita Mohon Do’a Dengan ayat yang tertulis dalam Al-Qur’an: ”Hai Nabi! cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang orang mu’min yang mengikutimu,  (Q.S Al-Anfaal, 64) Allah merupakan yang paling sempurna, Pemilik kekal Kekuasaan. Semua kekuatan di dunia ini ada di tangan_nya. Jadi permohonan bantuan dan permohonan maaf harusnya ditujukan hanya kepada Allah, di mana semua orang butuh dan Allah tidak memerlukan sesuatu pun. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwasannya salah apabila berdo’a selain kepada Allah dan Allah merupakan satu-satunya pemilik do’a : Maka jangalah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang di’azab (Surat  ash-Syu‘araa’, 213) Kesimpulan Do’a merupakan contoh dari kemurahan Allah dan kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya, Orang-orang beriman dapat berdo’a kepada Allah setiap saat dan di setiap kondisi apapun dan mereka merasa damai karena Allah akan menerima do’a-do’a mereka di saat yang tepat. Dalam hal ini, mereka dapat menceritakan rahasia terpendam mereka dan keinginan terdalam mereka kepada Allah, dan hidup dalam kebaikan, kesejahteraan dan keindahan yang datang dari pemahaman bahwa Allah-lah satu-satunya teman, petunjuk dan yang akan membantu mereka. Kita dapat melihat bahwa rahasia terbesar dalam Allah mewujudkan do’a dalam kehidupan para Nabi seperti yang telah dikisahkan dalam beberapa contoh. Terdapat hubungan dalam berdo’a dan menjalankan perintah Allah. Usaha nyata yang ditunjukkan untuk ridha Allah, belas kasihan dan surga-Nya merupakan bentuk  pengambaan sepenting seperti berdo’a. Allah menunjukkan dalam Al-Qur’an mengenai pentingnya usaha tersebut: “Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia adalah mu’min, maka mereka adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik” (Surat al-Isra’, 19) Ulama Imam Rabbani menjelaskan hal ini sebagai berikut : Menginginkan sesuatu berarti mencapai hal tersebut,  Memang, Allah yang Maha Kuasa tidak membuat hambanya berdo’a untuk sesuatu yang tidak diterima-Nya. Hambanya yang beriman tahu bahwa usahanya juga merupakan sebuah do’a tidak hanya berdoa pada saat kesulitan tetapi pada setiap saat oleh perasaan keberadaan dan ke-Agungan Allah. Mereka memelihara kedekatan hubungan  dengan Allah Yang Maha Kuasa di setiap saat hidup mereka.

jangguik

Islam: Agama yang Berkembang Paling Pesat di Eropa

Islam: Agama yang Berkembang Paling Pesat di Eropa

Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah meningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Muslim dunia adalah 500 juta; sekarang, angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orang salah satunya adalah Muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia.
Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara Muslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru memeluk Islam yang terus meningkat, suatu fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade Center pada tanggal 11 September 2001. Serangan ini, yang dikutuk oleh setiap orang, terutama umat Muslim, tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang (khususnya warga Amerika) kepada Islam. Orang di Barat berbicara banyak tentang agama macam apakah Islam itu, apa yang dikatakan Al Qur'an, kewajiban apakah yang harus dilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan bagaimana kaum Muslim dituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan ini secara alamiah telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam. Demikianlah, perkiraan yang umum terdengar pasca peristiwa 11 September 2001 bahwa "serangan ini akan mengubah alur sejarah dunia", dalam beberapa hal, telah mulai nampak kebenarannya. Proses kembali kepada nilai-nilai agama dan spiritual, yang dialami dunia sejak lama, telah menjadi keberpalingan kepada Islam.
 
Hal luar biasa yang sesungguhnya sedang terjadi dapat diamati ketika kita mempelajari perkembangan tentang kecenderungan ini, yang mulai kita ketahui melalui surat-surat kabar maupun berita-berita di televisi. Perkembangan ini, yang umumnya dilaporkan sekedar sebagai sebuah bagian dari pokok bahasan hari itu, sebenarnya adalah petunjuk sangat penting bahwa nilai-nilai ajaran Islam telah mulai tersebar sangat pesat di seantero dunia. Di belahan dunia Islam lainnya, Islam berada pada titik perkembangan pesat di Eropa. Perkembangan ini telah menarik perhatian yang lebih besar di tahun-tahun belakangan, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan seputar "kedudukan kaum Muslim di Eropa" dan "dialog antara masyarakat Eropa dan umat Muslim." Beriringan dengan berbagai laporan akademis ini, media massa telah sering menyiarkan berita tentang Islam dan Muslim. Penyebab ketertarikan ini adalah perkembangan yang terus-menerus mengenai angka populasi Muslim di Eropa, dan peningkatan ini tidak dapat dianggap hanya disebabkan oleh imigrasi.
Meskipun imigrasi dipastikan memberi pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umat Islam, namun banyak peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan ini dikarenakan sebab lain: angka perpindahan agama yang tinggi. Suatu kisah yang ditayangkan NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 dengan judul "Islam adalah agama yang berkembang paling pesat di Eropa" membahas laporan yang dikeluarkan oleh badan intelejen domestik Prancis. Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di negara-negara Barat semakin terus bertambah, terutama pasca peristiwa serangan 11 September. Misalnya, jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di Prancis meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu di tahun lalu saja.
 
Gereja Katolik dan Perkembangan Islam
 
Gereja Katolik Roma, yang berpusat di kota Vatican, adalah salah satu lembaga yang mengikuti fenomena tentang kecenderungan perpindahan agama. Salah satu pokok bahasan dalam pertemuan bulan Oktober 1999 muktamar gereja Eropa, yang dihadiri oleh hampir seluruh pendeta Katolik, adalah kedudukan Gereja di milenium baru. Tema utama konferensi tersebut adalah tentang pertumbuhan pesat agama Islam di Eropa.The National Catholic Reporter melaporkan sejumlah orang garis keras menyatakan bahwa satu-satunya cara mencegah kaum Muslim mendapatkan kekuatan di Eropa adalah dengan berhenti bertoleransi terhadap Islam dan umat Islam; kalangan lain yang lebih objektif dan rasional menekankan kenyataan bahwa oleh karena kedua agama percaya pada satu Tuhan, sepatutnya tidak ada celah bagi perselisihan ataupun persengketaan di antara keduanya. Dalam satu sesi, Uskup Besar Karl Lehmann dari Jerman menegaskan bahwa terdapat lebih banyak kemajemukan internal dalam Islam daripada yang diketahui oleh banyak umat Nasrani, dan pernyataan-pernyataan radikal seputar Islam sesungguhnya tidak memiliki dasar. (1)
 
Mempertimbangkan kedudukan kaum Muslim di saat menjelaskan kedudukan Gereja di milenium baru sangatlah tepat, mengingat pendataan tahun 1999 oleh PBB menunjukkan bahwa antara tahun 1989 dan 1998, jumlah penduduk Muslim Eropa meningkat lebih dari 100 persen. Dilaporkan bahwa terdapat sekitar 13 juta umat Muslim tinggal di Eropa saat ini: 3,2 juta di Jerman, 2 juta di Inggris, 4-5 juta di Prancis, dan selebihnya tersebar di bagian Eropa lainnya, terutama di Balkan. Angka ini mewakili lebih dari 2% dari keseluruhan jumlah penduduk Eropa. (2)
 
Kesadaran Beragama di Kalangan Muslim Meningkat di Eropa
 
Penelitian terkait juga mengungkap bahwa seiring dengan terus meningkatnya jumlah Muslim di Eropa, terdapat kesadaran yang semakin besar dalam menjalankan agama di kalangan para mahasiswa. Menurut survei yang dilakukan oleh surat kabar Prancis Le Monde di bulan Oktober 2001, dibandingkan data yang dikumpulkan di tahun 1994, banyak kaum Muslims terus melaksanakan sholat, pergi ke mesjid, dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan mahasiswa universitas.(3)
 
Dalam sebuah laporan yang didasarkan pada media masa asing di tahun 1999, majalah Turki Aktüelmenyatakan, para peneliti Barat memperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam.
 
Islam adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Eropa
 
Bersamaan dengan kajian sosiologis dan demografis ini, kita juga tidak boleh melupakan bahwa Eropa tidak bersentuhan dengan Islam hanya baru-baru ini saja, akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa.
 
Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama berabad-abad. Pertama, negara Andalusia (756-1492) di Semenanjung Iberia, dan kemudian selama masa Perang Salib (1095-1291), serta penguasaan wilayah Balkan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah (1389) memungkinkan terjadinya hubungan timbal balik antara kedua masyarakat itu. Kini banyak pakar sejarah dan sosiologi menegaskan bahwa Islam adalah pemicu utama perpindahan Eropa dari gelapnya Abad Pertengahan menuju terang-benderangnya Masa Renaisans. Di masa ketika Eropa terbelakang di bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan di banyak bidang lain, kaum Muslim memiliki perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sangat luas dan kemampuan hebat dalam membangun.
 
Bersatu pada Pijakan Bersama: "Monoteisme"
 
Perkembangan Islam juga tercerminkan dalam perkembangan dialog antar-agama baru-baru ini. Dialog-dialog ini berawal dengan pernyataan bahwa tiga agama monoteisme (Islam, Yahudi, dan Nasrani) memiliki pijakan awal yang sama dan dapat bertemu pada satu titik yang sama. Dialog-dialog seperti ini telah sangat berhasil dan membuahkan kedekatan hubungan yang penting, khususnya antara umat Nasrani dan Muslim. Dalam Al Qur'an, Allah memberitahukan kepada kita bahwa kaum Muslim mengajak kaum Ahli Kitab (Nasrani dan Yahudi) untuk bersatu pada satu pijakan yang disepakati bersama:
 
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. Ali 'Imran, 3: 64)
 
Ketiga agama yang meyakini satu Tuhan tersebut memiliki keyakinan yang sama dan nilai-nilai moral yang sama. Percaya pada keberadaan dan keesaan Tuhan, malaikat, Nabi, Hari Akhir, Surga dan Neraka, adalah ajaran pokok keimanan mereka. Di samping itu, pengorbanan diri, kerendahan hati, cinta, berlapang dada, sikap menghormati, kasih sayang, kejujuran, menghindar dari berbuat zalim dan tidak adil, serta berperilaku mengikuti suara hati nurani semuanya adalah sifat-sifat akhak terpuji yang disepakati bersama. Jadi, karena ketiga agama ini berada pada pijakan yang sama, mereka wajib bekerja sama untuk menghapuskan permusuhan, peperangan, dan penderitaan yang diakibatkan oleh ideologi-ideologi antiagama. Ketika dilihat dari sudut pandang ini, dialog antar-agama memegang peran yang jauh lebih penting. Sejumlah seminar dan konferensi yang mempertemukan para wakil dari agama-agama ini, serta pesan perdamaian dan persaudaraan yang dihasilkannya, terus berlanjut secara berkala sejak pertengahan tahun 1990-an.
 
Kabar Gembira tentang Datangnya Zaman Keemasan
 
Dengan mempertimbangkan semua fakta yang ada, terungkap bahwa terdapat suatu pergerakan kuat menuju Islam di banyak negara, dan Islam semakin menjadi pokok bahasan terpenting bagi dunia. Perkembangan ini menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak menuju zaman yang sama sekali baru. Yaitu sebuah zaman yang di dalamnya, insya Allah, Islam akan memperoleh kedudukan penting dan ajaran akhlak Al Qur'an akan tersebar luas. Penting untuk dipahami, perkembangan yang sangat penting ini telah dikabarkan dalam Al Qur'an 14 abad yang lalu:
 
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.(QS. At Taubah, 9: 32-33)
 
Tersebarnya akhlak Islami adalah salah satu janji Allah kepada orang-orang yang beriman. Selain ayat-ayat ini, banyak hadits Nabi kita SAW menegaskan bahwa ajaran akhlak Al Qur'an akan meliputi dunia. Di masa-masa akhir menjelang berakhirnya dunia, umat manusia akan mengalami sebuah masa di mana kezaliman, ketidakadilan, kepalsuan, kecurangan, peperangan, permusuhan, persengketaan, dan kebobrokan akhlak merajalela.  Kemudian akan datang Zaman Keemasan, di mana tuntunan akhlak ini mulai tersebar luas di kalangan manusia bagaikan naiknya gelombang air laut pasang dan pada akhirnya meliputi seluruh dunia. Sejumlah hadits ini, juga ulasan para ulama mengenai hadits tersebut, dipaparkan sebagaimana berikut:
 
Selama [masa] ini, umatku akan menjalani kehidupan yang berkecukupan dan terbebas dari rasa was-was yang mereka belum pernah mengalami hal seperti itu. [Tanah] akan mengeluarkan panennya dan tidak akan menahan apa pun dan kekayaan di masa itu akan berlimpah. (Sunan Ibnu Majah)
 
… Penghuni langit dan bumi akan ridha. Bumi akan mengeluarkan semua yang tumbuh, dan langit akan menumpahkan hujan dalam jumlah berlimpah. Disebabkan seluruh kebaikan yang akan Allah curahkan kepada penduduk bumi, orang-orang yang masih hidup berharap bahwa mereka yang telah meninggal dunia dapat hidup kembali. (Muhkhtasar Tazkirah Qurtubi, h. 437)
 
Bumi akan berubah seperti penampan perak yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan ... (Sunan Ibnu Majah)
 
Bumi akan diliputi oleh kesetaraan dan keadilan sebagaimana sebelumnya yang diliputi oleh penindasan dan kezaliman. (Abu Dawud)
 
Keadilan akan demikian  jaya sampai-sampai semua harta yang dirampas akan dikembalikan kepada pemiliknya; lebih jauh, sesuatu yang menjadi milik orang lain, sekalipun bila terselip di antara gigi-geligi seseorang, akan dikembalikan kepada pemiliknya… Keamanan
meliputi seluruh Bumi dan bahkan segelintir perempuan bisa menunaikan haji tanpa diantar laki-laki.  (Ibn Hajar al Haitsami: Al Qawlul
Mukhtasar fi `Alamatul Mahdi al Muntazar, h. 23)
 
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, Zaman Keemasan akan merupakan suatu masa di mana keadilan, kemakmuran, keberlimpahan, kesejahteraan, rasa aman, perdamaian, dan persaudaraan akan menguasai kehidupan umat manusia, dan merupakan suatu zaman di mana manusia merasakan cinta, pengorbanan diri, lapang dada, kasih sayang, dan kesetiaan. Dalam hadits-haditsnya, Nabi kita SAW mengatakan bahwa masa yang diberkahi ini akan terjadi melalui perantara Imam Mahdi, yang akan datang di Akhir Zaman untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan, ketidakadilan, dan kehancuran akhlak. Ia akan memusnahkan paham-paham yang tidak mengenal Tuhan dan menghentikan kezaliman yang merajalela. Selain itu, ia akan menegakkan agama seperti di masa Nabi kita SAW, menjadikan tuntunan akhlak Al Qur'an meliputi umat manusia, dan menegakkan perdamaian dan menebarkan kesejahteraan di seluruh dunia.
 


Kebangkitan Islam yang sedang dialami dunia saat ini, serta peran Turki di era baru merupakan tanda-tanda penting bahwa masa yang dikabarkan dalam Al Qur'an dan dalam hadits Nabi kita sangatlah dekat. Besar harapan kita bahwa Allah akan memperkenankan kita menyaksikan masa yang penuh berkah ini.

Sumber: harun yahya
no image
  • Title : Islam: Agama yang Berkembang Paling Pesat di Eropa
  • Posted by :
  • Date : 08:05
  • Labels :
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Top